Rabu, 14 Maret 2018

PEMOTOR WANITA

Wuih....
"seorang pengendara sepeda motor wanita dengan dada menantang dan belahan pantat yang sedikit mengintip" memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang tanpa helm.

Bukan kagum

perlahan ku perhatikan sekeliling, beberapa pengendara yang kebanyakan lelaki menoleh padanya mungkin itu merupakan hiburan tersendiri di jalanan kota, bahkan supir yang memboncengku pun juga turut menoleh padanya, bayangkan yang seperti itu bukan hanya seorang tapi banyak berseliweran

Gumamku "ih apaan sih"

Namun aku kagum dengan pengendara wanita yang menggunakan busana tertutup tanpa memperlihatkan lekuk tubuhnya lengkap dengan helm, sepatu dan kaus kakinya

Heu
Daripada aku yang tidak bisa bawa motor 🙈
Bisanya ngandelin tumpangan dari suami untuk bepergian, karena agak risih juga bila naik ojek,

Kenapa gak naik angkot?

Hihi habis angkotnya gak lewat jalan ke rumah, kalau gada yang nganterin ya wassalam aja diam di rumah gak kemana-mana.

Saya pernah di cibir bahkan kebanyakan cibiran bukan datang dari orang lain tetapi dari keluarga sendiri,

"Hari gini gak bisa naik motor, tuh lihat emak-emak berdaster pada bisa naik motor, anterin anak sekolah, belanja sendiri kepasar, jalan-jalan sendiri, gak ngerepotin suami"

Hihi emang dosa ya kalo gak bisa naik motor, bukannya gak kebeli motor, tapi keinginan untuk belajar mengendarai motor sudah tenggelam sejak lama, ya saya orang yang penakut, takut jatuh, takut sakit, bukan trauma tapi saya sadar saya bukan orang yang terlalu fokus berkonsentrasi.

Saya sudah sadari sejak lama, saya ini pemikir ulung, haha atau lebih tepatnya pelamun, saya gak tahu apa bahasa pelamun ada di kamus bahasa Indonesia, pastinya pelamun disini saya artikan suka melamun. Seperti dulu waktu masih sekolah seringnya naik angkot harusnya turun di depan rumah tapi malah sering terlewat, pernah juga masak telur ceplok masaknya gak pake minyak ya lengket dong dan sampai sekarang masih terbangun dari tidur dengan ingatan yang samar-samar, seperti kaget ada dimana ini? ini siapa? Oh ini suami saya, oh ini anak saya, oh saya sudah menikah dan sekarang tinggal jauh dari orang tua.

Bagaimana? Apakah saya harus menghubungi psikolog?

Anehnya ini sudah berlangsung lama, terkadang seperti tidak sadar hingga persekian detik, seperti tercuri kesadaran entah oleh apa itu, nah hal inilah yang menyebabkan saya takut untuk belajar mengendarai sepeda motor.

Ya untungnya saya tak menganggap diri ini remah-remah rengginang atau cucian yang numpuk di pojokan, biarkan cibiran berlalu bersama angin, toh wanita yang gak bisa naik motor juga banyak, gemar berjalan kaki juga keren. Hihi (menghibur diri sendiri).
Lagi pula merepotkan suami juga wajar, bukankah suami wajib menemani istrinya keluar rumah. 😁

2 komentar:

Terimaksih telah berkunjung