Rabu, 17 Januari 2018

Berburu Cokelat di Februari

Saya gak anti coklat lho, entah kapan hari yang dianggap sebagian orang sebagai hari Valentin yang jatuh di bulan Februari mendatang selalu berhubungan dengan coklat dan hadiah, mungkin coklat itu manis tapi ada juga yang agak pahit yang sepet juga ada, tapi selalu enaklah yang namanya cokelat tapi tetep halal yang nomor satu, halal dan toyib juga ajib. 😁

Mungkin ga salah juga ya kalau memanfaatkan momen bulan Februari untuk berburu cokelat seperti halnya berburu dodol cina pada saat menjelang perayaan Imlek, atau berburu ketupat, kue kaleng, orson pada saat lebaran, ya lumayanlah karena diskonnya menggoda buat ngeborong beberapa cokelat sebagai persediaan cemilan keluarga, maksudnya cemilan buat saya, he... maklum yang jarang piknik biasanya rentan terkena stress jadi butuh peredam emosi.

Saya memang tidak merayakan Valentin tapi di bulan Februari kenapa kok harga cokelat berbagai merek dan jenis banyak yang kena diskon bahkan banting harga termasuk bonus yang menyertai seperti beli satu cokelat gratis satu cokelat, biasanya sih yang banyak sekali diskonnya ada di supermarket yang di dalam mall.

Mudah-mudahan bulan depan kebagian beli cokelat, pengalaman saya beberapa tahun yang lalu, sempat gak kebagian cokelat, pas datang ke supermarket semua cokelat di rak-rak etalase kosong melompong tak tersisa satu biji pun, yang ada hanyalah daftar harga dan diskon yang bikin ngiler, padahal masih awal hari, mungkin yang beli juga punya alasan yang sama, berburu yang murah dan bukan untuk hadiah valentin mungkin untuk di jual kembali di lain hari, kan lumayan banget ya.

Ya namanya juga jalan-jalan ke supermarket, gak dapat cokelat akhirnya beli yang lain yang ada rasa-rasa cokelatnya,  ya gimana dong suka sekali sama yang namanya cokelat, kamu juga pasti suka cokelat kan !! 😁

Gambar : minta dari google.com


Minggu, 14 Januari 2018

ME TIME yang Saya Butuhkan

Padahal kenapa tidak dari dulu sewaktu masih single lebih banyak senang hepi hepi, wara wiri kesana kemari, nah lho nyesel ya.. !!!

Ga juga sih, padahal pada masa-masa waktu sendiri memang bener-bener sendiri, saya sudah hafal betul bagaimana rasanya, sudah lelah sendiri, apalagi dulu ketika mendapat kesempatan bekerja yang lokasinya jauh dari keluarga, lebih banyak kesepiannya dan mendapatkan jodoh adalah impian yang sudah terwujud sekarang, impian memiliki anak laki-laki pun sudah di wujudkan, ternyata sudah banyak doa yang di kabulkan dan harus banyak bersyukur lagi biar nambah berkahnya.

Memang asyik memiliki keluarga kecil, lebih banyak waktu di habiskan bersama baik bersama pasangan juga anak tapi kalau di hitung-hitung lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak, ya tentu saja karena saya sebagai ibu rumahan, kalau bersama pasangan waktunya serasa kurang berkualitas, lah cuma ketemu dari magrib sampe subuh, kalau malam habis waktu buat tidur, waktu libur pun kadang dihabiskan dengan lembur, tapi ya sudahlah.

Nah karena kebersamaan saya dan anak maka menimbulkan efek kemelekatan yang luar biasa, anak serba tergantung sama emaknya, walaupun bapanya ada di rumah, c adek kalo butuh sesuatu mintanya sama saya, misalnya minta di anter pipis, bikin susu, minta makan, minta di anter jajan, walaupun saya keadaannya sedang mengerjakan sesuatu yang lain.

Begitupun sebaliknya saya pun rasanya bergantung pada anak, jadi gak bisa jauh, belum pernah tuh si adek walaupun sekarang sudah mau lima tahun nginep di rumah nenek sendirian, ya itu dia tadi ga enak hati kalau jauh, kalaupun saya yang pergi sekedar pergi ke pasar agak lama, ko rindu betul, selalu mikirin, luar biasa ini perasaan dan ternyata kita sebagai orang tua menghabiskan waktu dan energi untuk anak sebetulnya adalah untuk mempersiapkan anak supaya bisa melepasnya.

Jadi apakah benar saya butuh "me time" kenyataannya saya lebih butuh "our time" waktu yang berkualitas bersama suami dan anak, ingin banyak bersenang-senang bersama mereka, bersilaturahmi ke rumah sodara dan lainnya. Sudah tak penting lagi pergi bersenang-senang sendirian, sudah tak penting lagi bahagia karena asyik dengan hobi sendiri,  sedangkan yang di sebelah kita merasa terabaikan.

Ternyata kusadari me time yang saya butuhkan adalah me time dalam mendekatkan diri kepada sang pemberi kehidupan dimana ada waktu yang tenang agar bisa lebih khusuk lagi dalam beribadah.